Agama Islam tidak semata menyuruh umat muslim hanya kerjanya beribadah untuk akhirat saja. Agama Islam tidak melarang umat manusia untuk mendapatkan hidup yang bahagia di dunia ini. Bahkan ajaran agama Islam memberikan petunjuk atau jalan bagaimana supaya hidup bahagia di dunia dan dapat dinikmati oleh kaum muslimin.



Adapun petunjuk atau jalan yang dianjurkan agama Islam kepada umatnya untuk mendapatkan kebahagiaan di dunia dapat diraih dengan cara berikut:
  1. Ilmu
  2. Ibadah
  3. Rezeki yang halal
  4. Sabar
  5. Bersyukur

1. Ilmu
Untuk mendapatkan kebahagiaan di dunia, Islam menyuruh umatnya untuk menuntut ilmu atau belajar. Dengan ilmu pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang maka ia akan bisa mendapat pekerjaan berdasarkan ilmu yang ia miliki itu. Semakin pandai atau semakin banyak ilmu seseorang maka akan semakin mudah baginya untuk mendapatkan pekerjaan. Tentu ini akan bisa membuat hidupnya akan bahagia dari hasil pekerjaannya itu bisa membiayai segala kebutuhan hidupnya.

2. Ibadah
Ketika seseorang telah berilmu dan berpengetahuan yang luas, diharapkan ia akan semakin rajin pula beribadah.
Dengan ilmu pengetahuan mengenai agama yang ia miliki, tentu ia mengetahui betapa sengsaranya hidup di neraka nanti dan begitu senangnya hidup di surga. Dengan demikian ia akan semakin rajin beribadah untuk bisa menjadi penghuni surga. Dan ketika beribadah tersebut ia akan mendapatkan ketentraman jiwa, dan ketentraman jiwa itu adalah sebuah kebahagiaan yang dinikmati di dunia.

3. Rezeki Yang Halal
Cara untuk mendapatkan hidup yang bahagia di dunia adalah dengan cara mencari rezeki yang halal.
Ketika seseorang mencari rezeki dengan cara yang tidak halal maka ia tidak akan mendapatkan kebahagiaan dalam hidupnya di dunia.
Misalnya:
Ketika seorang koruptor yang tertangkap dan kemudian dimasukkan dalam penjara. Maka jelas terlihat bahwa ia sudah tidak mendapatkan kebahagiaan hidup di dunia.

4. Sabar
Jalan lain yang diajarkan oleh agama Islam kepada umatnya adalah Sabar. Bersabar ketika mendapat cobaan. Apabila seseorang bisa bersabar ketika menghadapi cobaan maka dipastikan ia akan mendapatkan kebahagiaan hidup di dunia ini.


5. Bersyukur
Jalan yang terakhir yang dianjurkan dalam agama Islam untuk mendapatkan kebahagiaan di dunia adalah dengan cara bersyukur.
Bersyukur ketika mendapat rezeki yang diberikan Allah swt dan selalu bersyukur karena telah diberi rahmat olehNya.
Apakah anda tidak merasa bahagia ketika anda telah bersyukur kepada Allah swt yang telah memberikan kehidupan yang serba berkecukupan kepada anda?

Setelah kejadian di dalam Gua Hira, Muhammad saw telah resmi menjadi Nabi dan Rasul Allah maka Nabi Muhammad saw. mulai menjalankan tugas kenabiannya. Beliau menyerukan beberapa hal kepada kaum atau umatnya.

Adapun yang diserukan Nabi Muhammad saw. kepada umat manusia adalah:
  1. Mengesakan Allah (tauhid) mutlak.
  2. Mempercayai adanya kehidupan Akhirat.
  3. Pembersihan jiwa.
  4. Memelihara kehidupan masyarakat Islam
1. Mengesakan Allah (tauhid) mutlak.
Manusia bukanlah budak/hamba apapun di buni atau langit, karena semua yang ada di bumi dan langit adalah makhluk ciptaan Allah, rendah dan kecil di hadapan Allah dan tunduk kepada ketentuan hukumNya. Diserukan kepada manusia untuk sadar bahwa antara Allah dan manusia tidak ada pihak ketiga / sekutu / pembantu / perantara. Setiap manusia berhak berhubungan langsung dengan Tuhannya tanpa memerlukan patung-patung. Manusia-manusia yang dijadikan sesembahan oleh agama lain dikembalikan kepada kedudukannya semula. Sebagai manusia mereka bukan lain adalah hamba-hamba Allah yang menciptakan mereka. Hubungan-hubungan individual dan sosial ditegakkan atas dasar prinsip mengesakan (tauhid) Allah secara sempurna.

2. Mempercayai adanya kehidupan Akhirat.
Pada suatu saat akan tiba saat yang tidak diragukan lagi, dimana semua manusia akan dihadapkan pada Tuhannya. Pada hari itu hanya tersedia 2 tempat: Surga tempat orang-orang yang saleh bergembira dan beristirahat, atau Neraka tempat orang-orang jahat menderita kepedihan dan kesedihan.
Ingat kepada kehidupan akhirat dalam setiap perbuatan akan dihitung. Seorang muslim akan menyadari bahwa hari-hari yang silih berganti, pada suatu saat akan berhenti dan dirinya akan kembali pada Tuhannya.

3. Pembersihan Jiwa.
Jalankanlah ibadah Allah dengan meninggalkan urusan-urusan lain. Janganlah menyekutukan sesuatu dengan Dia. Berbuat baiklah terhadap kedua orang tua. Jangan bunuh anak-anak karena miskin.


4. Memelihara kehidupan masyarakat Islam
Ukhuwah Islamiyah (persaudaraan Islam) diwajibkan dalam bentuk membela orang yangteraniaya. Abu Bakar selalu menolong orang muslim yang lemah yang disiksa tanpa menghitung-hitung tenaga dan harta. Itulah kewajiban individu terhadap masyarakat

Itulah seruan yang disampaikan Nabi Muhammad saw kepada umat manusia pada masa itu. Sehingga bisa dikatakan, seandainya yang dibawa oleh Muhammad saw. itu bukan suatu agama, itu tetap baik bagi perangai manusia.

Menginjak usia 40 tahun, pandangan, pengamatan dan perenungan tentang kehidupan yang terus-menerus dilakukan Muhammad saw. membuat beliau semakin berbeda dan terpisah pola pikiran dengan kaumnya. Hal itu yang menyebabkan beliau sering menyendiri. Kisah tentang Muhammad pada usia ini banyak dikenal dengan peristiwa kejadian di Gua Hira.

Kebiasaan setiap tahun Muhammad saw meninggalkan Makkah untuk menghabiskan bulan Ramadhan menyendiri di dalam Gua Hira, yaitu sebuah goa yang berada beberapa mil dari Makkah dan jauh dari daerah yang ramai dan terletak di puncak bukit.
Di dalam gua yang sunyi dan hening itulah Muhammad saw bersembah sujud, mengasah hati, menjernihkan roh dan jiwa, mendekatkan diri dari kebenaran dan menjauhkan diri dari kebatilan dengan segala kemampuan dan kesanggupannya.
Sampailah pada suatu ketika dimana beliau melihat sebuah cahaya terang namun tidak menyilaukan mata. Kemudian beliau mendengar suara (malaikat) berkata: "Bacalah..." Beliau menjawab: "Aku tidak dapat membaca." Malaikat itu mengulang-ulang perintahnya sambil membekap beliau sampai-sampai sesak nafasnya. Dan beliaupun mengulang-ulang jawabannya. Inilah yang kemudian dikenal menjadi ayat-ayat Al-Quran yang turun pertama kali.

Setelah peristiwa itu dengan badan yang gemetar, Muhammad saw pulang dan sesampai di rumah beliau minta diselimutkan oleh istrinya Sitti Khadijah. Dan kemudian setelah tenang perasaannya belaiupun menceritakan tentang apa yang dialaminya di dalam Gua Hira dan merasa khawatir akan terjadi sesuatu pada diri beliau. Sitti Khadijah menanggapi cerita yang belaiu sampaikan dan mengatakan bahwa beliau tidak perlu mengkhawatirkan itu.

Beberapa waktu setelah kejadian di Gua Hira itu, Sitti Khadijah mengajak Muhammad saw. pergi menemui Waraqah bin Naufal, salah seorang anak paman Sitti Khadijah. Kepada Waraqah bin Naufal, Muhammad menceritakan kejadian yang dialaminya dalam Gua Hira itu. Waraqah berkata: "Itulah malaikat yang diturunkan Allah kepada Musa ... Alangkah bahagianya seandainya aku masih muda...! Alangkah gembiranya seandainya aku masih hidup pada saat anda diusir dari kaum anda...! Beliaupun bertanya: "Apakah mereka akan mengusir aku?" Waraqah menyahut: "Ya. Belum pernah ada orang datang membawa seperti yang anda bawa itu yang tidak dimusuhi. Seandainya kelak aku masih hidup dan mengalami saat kenabian anda, pasti anda kubantu sekuat-kuatnya."

Kisah tentang orang-orang yang mencari kebenaran pada masa sebelum Muhammad saw. diangkat menjadi Nabi sangat banyak dijumpai. Namun yang paling sering dibicarakan kisahnya adalah kisah Zaid bin 'Amr bin Nufail, dimana beliau sampai ke negeri Syam untuk mencari kebenaran atau agama yang akan dipeluknya.

Sampai di negeri Syam, Zaid bin 'Amr bin Nufail bertemu dengan ulama Yahudi dan bertanya pada Yahudi itu:
Zaid bin 'Amr bin Nufail: "Apa agamamu?... Mungkin aku akan memeluk agamamu"
Ulama Yahudi: "Janganlah anda memeluk agama kami, agar anda tidak kecipratan murka Tuhan!"
Zaid bin 'Amr bin Nufail: "Saya selalu menjauhkan diri dari murka Tuhan.,,, Apakah anda dapat menunjukkan agama lain?
Ulama Yahudi: " Saya tidak tahu, saya anjurkan supaya anda menjadi seorang Hanif"
Zaid bin 'Amr bin Nufail: "Apakah Hanif itu?"
Ulama Yahudi: "Penganut agama Ibrahim. Ibrahim bukan orang Yahudi, bukan orang Nasrani dan ia tidak bersembah sujud selain kepada Allah"
Karena tidak mendapat jawaban tentang kebenaran, Zaid bin 'Amr bin Nufail melanjutkan dan bertemu dengan pendeta Nasrani. Beliau pun bertanya kepada pendeta itu. Jawaban yang diterima beliaupun sama dengan jawaban yang diterima dari ulama Yahudi yaitu melarang memeluk agamanya dan menyarankan untuk menjadi seorang Hanif.

Dan akhirnya Zaid bin 'Amr bin Nufail pergi meninggalkan pendeta itu sambil mengangkat kedua tangannya dan mengucapkan kesaksian: "Ya Allah, saya bersaksi bahwa saya memeluk agama Ibrahim as.!"

Kenapa ulama Yahudi dan pendeta Nasrani itu melarang Zaid bin 'Amr bin Nufail untuk memeluk agama yang mereka anut?

Memang pada masa itu mereka berada dalam keadaan kebingungan tentang kehidupan di bumi ini.

Orang Yahudi merasa hidup sebagai buronan di muka bumi dan dibuang ke berbagai penjuru dunia.

Sedangkan orang Nasrani berada di dalam kondisi perpecahan yang berselisih pendapat mengenai sifat Al-Masih, mengenai kedudukannya dan kedudukan bundanya di sisi Tuhan Yang Maha Besar.
Orang Nasrani di negeri Syam yang ditanya Zaid bin 'Amr bin Nufail adalah golongan Jacobian. Mereka tidak sepaham dengan aliran resmi yang dianut oleh gereja Romawi.

Begitulah keadaan kehidupan manusia pada masa itu (sebelum pengangkatan nabi). Mereka berada pada keadaa yang membingungkan. Seperti yang dialami oleh Zaid bin 'Amr bin Nufail, dimana ia berusaha mencari kebenaran sampai ke negeri Syam. Dan akhirnya ia sampai pada suatu kesimpulan bahwa tiada laian yang patut disembah selain Allah.

Berita tentang perjalanan Nabi Muhammad saw. ke negeri Syam dan kemudian bertemu dengan pendeta Bahira banyak disebut dalam buku riwayat tentang Islam.  Disebutkan bahwa dalam perjalanan ke Syam bersama pamannya Abu Thalib itu beliau bertemu dengan seorang pendeta nasrani  yang bernama Bahira.

Pada saat bertemu dengan Muhammad saw. pendeta Bahira merasa melihat tanda-tanda kenabian ada pada wajah dan kedua bahu Muhammad saw. Pendeta Bahira bertanya kepada Abu Thalib: "Apa hubungan anak ini dengan anda?"
Dijawab oleh Abu Thalib: "Dia anakku!"
Pendeta Bahira menyangkal: "Tidak mungkin ayah anak ini masih hidup!"
Abu Thalib menerangkan: "Dia anak saudaraku. Ayahnya meninggal dunia di saat dia masih dalam kandungan ibunya." Kemudian, Bahira menyarankan: "Anda benar, ajaklah ia pulang ke negeri anda dan hati-hatilah terhadap orang-orang Yahudi.


Kebenaran berita pendeta Bahira yang melihat tanda-tanda kenabian ini bisa diperkuat dengan adanya berita akan datang seorang Nabi setelah Nabi Isa as. terdapat di dalam kitab suci kaum Nasrani. Sejak mereka mendustakan berita akan datangnya seorang nabi dan rasul yang bernama Muhammad saw., mereka sebenarnya menanti-nantikan kedatangan nabi yang dijanjikan, tapi itu mereka tutupi dengan mengatakan bahwa nabi yang dijanjikan itu tidak akan datang selama-lamanya...
Tetapi ternyata ia sekarang telah datang sebagai kenyataan...!

Semenjak dari bayi sampai masa kanak-kanaknya Nabi Muhammad saw. tinggal bersama keluarga Halimah dari kaum Bani Sa'ad. Hal ini seiring dengan kebiasaan bagsa Arab pada saat itu, dimana para bayi-bayi yang lahir disusui oleh kaum wanita dari daerah pedesaan.
Selama lima tahun tinggal bersama kaum Bani Sa'ad, beliau tumbuh sehat. Pada masa ini hal yang istimewa yang dialami Nabi Muhammad saw. yang dikenal dengan "Peristiwa Pembedahan Dada Nabi Muhammad".

Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Anas mengatakan, peristiwa pembedahan dada Nabi Muhammad saw itu terjadi ketika beliau sedang bermain-main bersama teman-temannya.. Malaikat Jibril mendatangi Muhammad saw. kemudian mengajaknya pergi, lalu dibaringkan, kemudian dibedah dadanya dan dikeluarkan hatinya. Dari hati beliau diambil segumpal darah (berwarna hitam), kemudian Malaikat Jibril berkata: "Inilah bagian setan yang ada di dalam tubuhmu!". Lalu hati dicuci dengan air Zamzam. Setelah itu diletakkan kembali ke dalam dada beliau dan kemudian dada beliau ditutup lagi.

Pada peristiwa pembedahan dada Nabi Muhammad saw. ini, anak-anak lain yang bermain bersama beliau tadi berlarian menemui ibu susuan beliau (Halimah) memberitahukan bahwa Muhammad saw. mati dibunuh orang. Semua anggota keluarga datang ke tempat beliau, dan mereka melihat Muhammad saw. dalam keadaan muka pucat pasi.

Hikmah yang diambil dari peristiwa pembedahan dada Nabi Muhammad saw. ini adalah menyatakan bahwa Allah tidak akan membiarkan manusia istimewa seperti Nabi Muhammad saw. menjadi manusia pada umumnya. Sejak berusia masih kanak-kanak beliau diselamatkan dari berbagai macam kekurangan dan keburukan yang biasanya ada pada tabiat manusia umumnya.

Nabi Muhammad saw. dilahirkan dari lingkungan keluarga yang bersih dan suci serta mempunyai silsilah kehormatan. Yaitu keluarga yang menjadi pusat segala keutamaan orang-orang Arab dan bersih dari noda apa pun juga.
Akan tetapi Nabi Muhammad saw. walaupun beliau berasal dari keturunan yang mulia, beliau tidak memiliki kekayaan. Sedikit harta yang dimilikinya dan kemuliaan asal-usul keturunannya saja yang membuat beliau sejak pertumbuhannya mempunyai keutamaan lebih banyak daripada semua keutamaan yang dimiliki oleh lapisan-lapisan masyarakat yang lain.

Dimasa kelahiran Nabi Muhammad saw. Abdul Muththalib, kakek Nabi Muhammad saw. adalah seorang penguasa Makkah, tetapi kekuasaan yang berada di tangannya itu merupakan kekuasaan yang terakhir dan tidak menurun ke anak-cucunya. Karena kedudukan orang-orang yang menyainginya semakin kuat (karena banyak hartanya), kepemimpinan Abdul Muththalib pasti akan pindah ke tangan mereka.
Abdullah, ayah Nabi Muhammad saw. adalah anak bungsu Abdul Muththalib. Beliau dinikahkan oleh ayahnya dengan Aminah binti Wahb dari kaum Bani Sa'ad. Masih dalam keadaan sebagai pengantin baru dengan Aminah, beliau meninggalkan keluarganya merantau untuk mencari rezeki. Pada masa itu ia pergi ke negeri Syam, tapi ternyata kepergiannya ke negeri Syam itu merupakan kepergiannya untuk selamanya. Karena ketika dalam perjalanan pulang ke Makkah di mana Aminah sudah menanti kedatangan suami dengan kabar gembira bahwa ia sedang mengandung dan sebentar lagi akan melahirkan, beliau jatuh sakit dan singgah di Madinah dan kemudian wafat di sana.

Nabi Muhammad saw. lahir sebagai seorang anak yatim, karena ayahnya telah tiada ketika ia dilahirkan. Beliau lahir di Makkah dan sangat disambut dengan suka cita oleh kakeknya (Abdul Muthathalib). Nama "Muhammad" yang menjadi nama beliau adalah pilihan Abdul Muththalib, dimana belum ada satu orang pun sebelumnya memakai nama ini. Arti "Muhammad" dalam bahasa Arab adalah orang yang terpuji.

Pada masa kelahiran nabi Muhammad saw. bangsa Arab mempunyai tradisi atau kebiasaan yang menyusui bayi-bayi Makkah adalah wanita Arab dari daerah gurun yang berharap dengan menyusui bayi-bayi itu mereka akan mendapat imbalan yang dapat menopang hidup mereka. Tentu sasarannya adalah bayi-bayi dari golongan orang kaya. Hal inilah yang membuat cemas Aminah karena Muhammad saw. bukanlah anak orang kaya, bahkan tidak punya ayah (yatim), tentu tidak ada mau menyusuinya. Halimah binti Abi Dzuaib mau mengambil Muhammad saw. sebagai anak susuannya walaupun pada mulanya ia merasa enggan karena tidak ada bisa diharap dari keluarga Muhammad saw.
Dengan kehadiran Muhammad saw. dalam keluarganya, Halimah merasa mendapat berkah, padahal sebelumnya ia hidup serba menderita dan serba kekurangan. Setelah menyusui Muhammad saw. kambing perahannya banyak mengeluarkan susu perahannya sehingga dapat mencukupi biaya kehidupan yang selama ini serba kekurangan.